Minggu, 02 Januari 2011

Mengenal filsafat dan para filsuf

Arti filsafat
Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama
yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah
"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah',
yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos'
cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi
'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi
bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher',
dalam bahasa Arabnya 'failasuf".
Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
b. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti
'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun
tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
"setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab
tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam.
Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata
lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Beberapa definisi
Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil
kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara
berbeda-beda.
1) Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
2) Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk
memahami.
3) C.S. Lewis membedakan 'enjoyment' dan 'contemplation', misalnya
laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut 'enjoyment', sedangkan
memikirkan rasa cintanya disebut 'contemplation', yaitu pikiran si pecinta
tentang rasa cintanya itu.
4) Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
5) Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih
dan dapat dilihat dasarnya.
6) Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau
paham lain, biasanya bersikap lunak.
7) Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering
mengeruhkan pikiran pemeluknya.
8) Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan
argumen, walaupun argumenya sendiri.

Tujuan,fungsi dan manfat filsafat
filsafat adalah suatu usaha memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan
tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi
dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan
(understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan
filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan
manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan
ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran,
kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang
lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya
baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia,
berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun
kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas
filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan
nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan
baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk
menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan
penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan
keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada
artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan
keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat
mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut
tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang
dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa
filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam
hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan
kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara
baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara
baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat
menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).

Cabang filsafat
Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua
ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus
itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat. Mula-mula
matematika dan fisika melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu
lain. Adapun psikologi baru pada akhir-akhir ini melepaskan diri dari
filsafat, bahkan di beberapa insitut, psikologi masih terpaut dengan
filsafat.
Setelah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata ia tidak
mati, tetapi hidup dengan corak baru sebagai 'ilmu istimewa' yang
memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang
menjadi pertanyaan ialah : apa sajakah yang masih merupakan bagian dari
filsafat dalam coraknya yang baru ini? Persoalan ini membawa kita kepada
pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Ahi filsafat biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda.
Aliran-aliran dalam filsafat
1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus
bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai
eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia
eksistensi itu mendahului esensi.
2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya
sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah
atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk
bertindak di dalam kehidupannya.
3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat
untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat
dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya
semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya
peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat
barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga
filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga
mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh
hidup.
6. Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di
bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan
aliran-aliran teori pengetahuan.
a. Aliran-aliran metafisika, metafisika ini dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang
mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme,
(b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan
bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut
Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut
Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsur
pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah
aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini
banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah.
Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni
(a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat
kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah:
" Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
" Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat
materi.
Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah:
" Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini
berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat.
" Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang
satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat,
melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
" Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu
tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah
terpasti lebih dahulu.
" Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu
bebas dalam arti yang seluas-luasnya.
b. Aliran-aliran etika
Filsafat kritis adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih
dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya. Filsafat sebelum
kritisme harus dianggap sebagai dogmatisme, sebab filsafat itu percaya
mentah mentah pada kemampuan rasaio tanpa penyelidikan terlebih dahulu.
Pemutarbalikan Kopernikan (Kopernikanische Wende):

filsafat teorotis mencakup
(1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu
pertambangan dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu
tentang ketuhanan dan methafisika. Filsafat praktis mencakup: (1)
norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Kesimpulan filsafat 
a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana
masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat sarwa yang ada, yaitu:
" hakikat Tuhan,
" hakikat alam semesta, dan
" hakikat manusia,
serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu
ditambah bahwa definisi-definisi itu sebenarnya tidak bertentangan, hanya
cara mengesahkannya saja yang berbeda.

 Cara membatasi Filsafat
Kerana sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula
orang mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara
membahasnya agar orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya.
Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari
ilmu filsafat itu dengan dua cara, yaitu dengan memplajari sejarah
perkembangan sejak dahulu kala hingga sekarang (metode historis), dan
dengan cara mempelajari isi atau lapangan pembahasannya yang diatur dalam
bidang-bidang tertentu (metode sistematis).
Dalam metode historis orang mempelajari perkembangan aliran-aliran
filsafat sejak dahulu kala sehingga sekarang. Di sini dikemukakan riwayat
hidup tokoh-tokoh filsafat di segala masa, bagaimana timbulnya aliran
filsafatnya tentang logika, tentang metafisika, tentang etika, dan tentang
keagamaan. Seperti juga pembicaraan tentang zaman purba dilakukan secara
berurutan (kronologis) menurut waktu masing masing.
Dalam metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu
filsafat itu dengan tidak mementingkan urutan zaman perjuangannya
masing-masing. Orang membagi persoalan ilmu filsafat itu dalam
bidang-bidang yang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika dipersoalkan
mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal, bagaimana
cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam bidang etika
dipersoalkan tentang manakah yang baik dan manakah yang baik dan manakah
yang buruk dalam pembuatan manusia. Di sini tidak dibicarakan
persoalan-persoalan logika atau metafisika. Dalam metode sistematis ini
para filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam bidang-bidang
tertentu. Misalnya dalam soal etika kita konfrontasikan saja pendapat
pendapat filsuf zaman klasik (Plato dan Aristoteles) dengan pendapat
filsuf zaman pertengahan (Al-Farabi atau Thimas Aquinas), dan pendapat
filsuf zaman 'aufklarung' (Kant dan lain-lain) dengan pendapat-pendapat
filsuf dewasa ini (Jaspers dan Marcel) dengan tidak usah mempersoalkan
tertib periodasi masing-masing. Begitu juga dalam soal-soal logika,
metafisika, dan lain-lain.
Aliran-aliran ilmu pengetahuan
" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan
manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia.
" Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu
berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap
pancainderanya.
" Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu
sendiri.
" Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk
ke dalamnya:
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang
baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.
" Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak
lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang
diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.

Filusuf adalah orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu
pengetahuan
Nama-nama para filsuf
A.Abdulmalik bin Quraib Al-Asma'i - Albert Camus - Al-Kindi - Al-Khawarizmi - Al-Hallaj - Al-Farabi - Al-Ash'ari - Al-Ghazali - Anaxagoras - Anaximander - Anaximenes - Aristoteles - Adam Smith Alfred North Whitehead

B.Baruch de Spinoza - Benjamin Tucker - Bertrand Russell - Blaise Pascal

C.Charles Taylor

D.Dai Zhen - David Hume - Debendranath Tagore - Demokreitos - Denis Diderot - Rene Descartes - Desiderius Erasmus

E.Edmund Husserl - Empedokles - Euklides

F.Friedrich Engels - Friedrich Nietzsche

G.Gaupada - George Berkeley - Georg Wilhem Friedrich Hegel - Gottfried Wilhelm Leibniz

H.Henry David Thoreau - Herakleitos

I.Ibnu Khaldun - Ibnu Rushdi - Ibnu Sina - Immanuel Kant

J.Jaimini - Jacques Derrida - Jacques Lacan- Jean-Jacques Rousseau - Jean-Paul Sartre - Johannes Kepler - John Adam Smith - John Locke - John Stuart Mill - José Ortega y Gasset

K.Kanada - Kapila - Karl Marx - Karl Popper - Kong Hu Cu

L.Laozi - Ludwig Wittgenstein

M.Madhva - Mao Zedong - Martin Heidegger - Max Weber - Michel Foucault - Mohandas "Mahatma" Gandhi- Musa Asy'arie

N.Nagarjuna - Nichiren - Nishida Kitaro

O.Michael Oakeshott

P.Parmenides - Patanjali - Paul Tillich - Pierre-Joseph Proudhon - Plato - Plotinus - Pythagoras.

R.Rabi'ah al-'Adawiyah - Rabindranath Tagore - Raimo Tuomela - Ramanuja - Roland Barthes - Rudolf Otto - Rumi

S.Schopenhauer - Shankara - Siddhartha Gautama - Simone de Beauvoir - Sokrates - Søren Kierkegaard

T.Thomas Aquino - Thomas Hobbes - Thales

V.Vardhamana - Vasubandhu - Vivekananda - Vladimir Lenin

W.William Ockham - W.V.O. Quine

X
.Xenophanes

Z.Zarathustra - Zeno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar